5
Pengaruh NAPZA terhadap Sistem Saraf

NAPZA merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif. Umumnya NAPZA berupa zat-zat kimia yang dapat mempengaruhi pikiran, suasan hati, perasaan dan perilaku orang. NAPZA biasanya dikonsumsi dengan cara diminum, dihisap, ditelan ataupun disuntikkan ke dalam tubuh. Dalam UU No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika dijelaskan bahwa:
  1. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman, sintetis maupun semi sintetis yang dapat menurunkan kesadaran, menghilangkan rasa nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan bagi penggunanya.
  2. Psikotropika adalah zat/obat baik alami maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif mempunyai pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan perilaku pemakainya.
  3. Zat adiktif adalah zat-zat lain selain narkotika dan psikotropika yang dapat menyebabkan ketergantungan baik secara fisik maupun psikis bagi pemakainya. Contohnya: kafein, alkohol, nikotin, premix, aseton dan lain-lain.

Gambar 9. Ilustrasi NAPZA (Sumber: aryanto.id)
NAPZA seringkali disalahgunakan tanpa petunjuk ataupun resep dokter baik secara teratur ataupun berkala karena telah kecanduan mengkonsumsinya. Penyalahgunaan NAPZA terjadi karena adanya penjualan NAPZA secara ilegal. Keseringan mengkonsumsi NAPZA dapat menyebabkan peningkatan toleransi tubuh terhadap efek dari NAPZA tersebut. Dengan kata lain, Pecandu harus meningkatkan dosis NAPZA untuk mendapatkan efek yang sama setelah pemakaian berulang. Selain itu apabila pemakaian dihentikan dapat menyebabkan
sindrom putus obatadalah gejala yang ditimbulkan akibat penurunan dosis atau berhenti mengkonsumsi obat tertentu.
. Gejala yang ditimbulkan dari sindrom putus obat antara lain: sakit kepala, diare dan tremor. Tingkat keparahan sindrom putus obat meningkat sesuai dengan dosis dan lamanya penderita mengkonsumsi NAPZA.

Berdasarkan pengaruhnya NAPZA terbagi menjadi empat macam. Berikut ini adalah jenis-jenis NAPZA berdasarkan pengaruhnya.
  1. Stimulan
    NAPZA jenis stimulan berfungsi untuk meningkatkan kinerja alat-alat tubuh dengan menstimulasi sistem saraf simpatik. Contohnya, meningkatkan detak jantung, mempercepat respirasi dan melebarkan pupil. Stimulan juga membuat pemakainya menjadi lebih bersemangat dan cenderung merasa senang. Beberapa obat-obatan yang termasuk kelompok stimulan antara lain: amfetamin, kafein dan nikotin.
  2. Depresan (Sedatif)
    Depresan bekerja dengan cara mengurangi kinerja sistem saraf. Depresan akan mengurangi aktivitas pemakainya, membuat pemakainya mengantuk hingga tertidur. NAPZA yang termasuk dalam golongan depresan adalah sebagai berikut.
    • Opiat, terdiri dari obat-obatan yang diperoleh alkaloid opium. Contohnya: heroin, morfin, metadon dan kodoin. Opiat merupakan jenis NAPZA paling mematikan. Kecanduan jangka panjang dapat menyebabkan melemahnya sistem imun, kerusakan masal organ tubuh karena
      hipoksiakondisi dimana tubuh atau bagian tubuh kekurangan suplai oksigen pada tingkat jaringan. Kekurangan oksigen pada tingkat arterial disebut dengan hipoksemia
      .
    • Barbiturat, terdiri dari obat penenang dan obat tidur. Contohnya: valium, lexoten, mandrax dan librium.
    • Anaestetik, terdiri dari obat-obatan pereda rasa sakit dan nyeri. Contohnya: ganja, terbuat dari daun, bunga dan ranting muda tanaman Cannabis sativa yang sudah kering
    • Alkohol, terdiri dari minuman-minuman yang mengandung etanol yang diperoleh dari hasil fermentasi. Alkohol dapat menekan fungsi sistem saraf pusat sehingga membuat pandangan menjadi kabur, bicara tidak jelas hingga tidak sadarkan diri. Contohnya: arak, tuak, vodka dan minuman beralkohol lainnya.
  3. Halusinogen
    Halusinogen bekerja dengan cara mempengaruhi persepsi penglihatan dan pendengaran pemakainya sehingga menimbulkan halusinasi. Halusinogen meliputi ekstasi, LSD, sabu-sabu, THC, psilosibin dan mesakolin.

Penyalahgunaan NAPZA memberikan dampak negatif bagi pemakainya. Umumnya dampak kecanduan NAPZA dapat terlihat pada fisik maupun psikis penggunanya. Tubuh pecandu NAPZA akan kekurangan dopamin yang merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak. Hal ini mengakibatkan penurunan koordinasi tubuh, kesulitan berfikir, pandangan yang mulai buram dan kerusakan saraf pengatur pernafasan.

Pada kasus kecanduan NAPZA, pemakainya harus selalu mengkonsumsi NAPZA. Hal ini terjadi karena otak telah menganggap NAPZA itu sebagai kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Sementara tingkat toleransi tubuh terhadap NAPZA terus meningkat. Sehingga dosis NAPZA perlu ditingkatkan untuk dapat memberikan efek yang sama. Oleh karena itu, banyak pecandu NAPZA yang rela menghabiskan hartanya untuk memenuhi kecanduannya. Sementara itu, dampak negatif yang ditimbulkan karena mengkonsumsi NAPZA akan semakin meningkat. Pecandu NAPZA akan menjadi paranoid, hilang nafsu makan, kerusakan dan pengerasan sel-sel hati dan overdosis.

Pecandu yang berhenti menggunakan NAPZA akan menunjukan syndrom putus obat. Sebagai contoh, gejala putus opiat akan menyebabkan flu berat, keluar air mata, hidung berair, mual, muntah, diare, nyeri dan insomnia berat. Tubuh pecandu akan terus memaksa untuk mendapatkan asupan NAPZA dari luar. Contoh lainnya adalah pada kasus kecanduan kokain, menurut penelitian yang telah dipublikasikan pada jurnal Nature Medicine, "Tidak ada pengobatan yang efektif untuk mengatasi kecanduan kokain, meskipun pengetahuan tentang neurobiologi dari kecanduan obat sudah luas" dilansir dari reuters, senin (23/8/2010). Oleh karena itu tindakan pencegahan NAPZA sangat penting karena sulitnya melakukan pengobatan terhadap pecandu NAPZA.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari NAPZA antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Memilih lingkungan bergaul yang sehat dan tidak ikut klub-klub malam.
  2. Menghindari penggunaan zat adiktif yang legal beredar seperti Nikotin pada rokok.
  3. Menggunakan waktu luang untuk hobi-hobi yang bermanfaat.
  4. Mendekatkan diri pada Tuhan.
  5. Ikut menghadiri penyuluhan anti NAPZA, dan lain-lain.