4 Gangguan pada sistem saraf
Indikator Pencapaian
3.10.8Mendeskripsikan gangguan pada sistem saraf dan pengaruhnya dalam koordinasi tubuh.
3.10.9Menganalisis bahaya NAPZA terhadap sistem koordinasi.
- Schizophrenia adalah kelainan mental yang ditandai dengan penderita merasa mengalami kejadian yang sebenarnya tidak terjadi. Penderita biasanya mengalami halusinasi (seperti mendengar suara yang hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya) dan delusi (contohnya, memiliki pemikiran bahwa orang lain akan menyakitinya).
- Alzheimer adalah adalah kelainan pada otak yang ditandai dengan kebingungan dan penurunan daya ingat. Kelainan ini bersifat progresif, yaitu fungsi otak mulai menurun secara berangsur-angsur. Hal ini terjadi karena banyaknya neuron yang mulai mati dan ukuran otak yang mulai menyusut. Kematian neuron tersebut dipicu oleh terbentuknya plak amiloidplak yang tersusun dari tumpukan protein beta amiloid di luar sel saraf. Protein ini merupakan racun bagi neuron.. Selain itu, alzheimer juga ditandai dengan terbentuknya kekusutan neurofibril. Sampai saat ini tidak ada obat untuk penyakit alzheimer. Namun telah dikembangkan obat untuk mengurangi beberapa gejala alzheimer.
- Parkinson adalah kelainan sistem saraf yang ditandai dengan degenerasi neuron yang menghasilkan dopamin pada otak tengah. Gejala-gejala yang muncul antara lain kejang otot (tremor/gemetar), keseimbangan yang buruk dan berjalan dengan menyeret kaki. Otot wajah penderita Parkinson menjadi kaku sehingga terlihat minim ekspresi. Penderita Parkinson dapat diberikan perawatan namun tidak dapat diobati. Perawatan dilakukan dengan memberikan obat yang berkaitan dengan dopamin seperti L-dopa.
- Amnesia merupakan gangguan pada otak berupa kehilangan ingatan dan kebingungan. Amnesia terjadi karena trauma pada otak akibat dari kecelakaan/terbentur pada kepala. Amnesia dapat bersifat sementara ataupun permanen tergantung tingkat keparahan cedera yang diterima oleh otak.
- Epilepsi (Ayan) merupakan kelainan pada sistem saraf pusat yang menyebabkan kinerjanya terganggu. Gejala yang ditimbulkan berupa kejang-kejang, bertingkah laku aneh beberapa saat dan seringkali kehilangan kesadaran. Gejala yang ditimbulkan dapat bervariasi pada setiap penderita. Beberapa penderita epilepsi terkadang menunjukkan pandangan kosong selama beberapa saat, sementara yang lain dapat mengalami kejang-kejang pada lengan dan kakinya.
- Stroke terjadi ketika suplai darah menuju otak berkurang atau terhambat, sehingga otak kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian neuron. Stroke dapat disebabkan oleh penyumbatan arteri (stroke ischemik) atau karena kebocoran atau pecahnya pembuluh arteri (stroke hemorrhagic). Stroke dapat menyebabkan komplikasi lain baik sementara maupun permanen tergantung seberapa lama otak kekurangan suplai darah. Komplikasi tersebut antara lain: kelumpuhan, kesulitan berbicara atau menelan, hilang ingatan atau kesulitan berpikir, gangguan emosi dan nyeri.
- Neuritis adalah peradangan neuron pada sistem saraf tepi. Umumnya neuritis hanya mempengaruhi area dimana sistem saraf yang mengalami peradangan tersebut. Kerusakan yang parah dapat menyebabkan seluruh otot di sekitar saraf tersebut mati rasa dan tidak dapat digerakkan. Neuritis dapat disebabkan oleh penyakit tertentu seperti AIDS, diabetes, kecanduan alkohol dan kekurangan nutrisi pada sistem saraf tepi. Neuritis yang terjadi pada saraf penglihatan disebut dengan neuritis optik, sedangkan neuritis yang terjadi pada sistem saraf tepi lainnya disebut dengan neuritis perifer.
- Meningitis adalah peradangan pada selaput meninges yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningitis dapat disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Infeksi oleh bakteri jarang terjadi namun lebih berbahaya daripada meningitis akibat infeksi virus. Meningitis akibat infeksi bakteri dapat merusak otak hingga menyebabkan kematian. Gejala yang ditimbulkan antara lain: demam, sakit kepala, leher kaku, ruam-ruam pada kulit yang tidak hilang jika ditekan dengan gelas. Penyakit ini merupakan infeksi sehingga dapat dicegah dengan pola hidup bersih; tidak berbagi peralatan seperti piring, sedotan dan handuk dengan penderita; dan mengkonsumsi antibiotik saat berinteraksi langsung dengan penderita.